Ilmuwan Bilang Covid-19 Bukan Pandemi Tapi Sindemi, Apa Lagi Sih Itu?

Wanita muda berbelanja menggunakan masker agar terhindar dari virus. (pexels.com) || 

JAKARTA-SARERHEA.COM,Sudah hampir satu tahun masyarakat dunia berjibaku dengan virus SARS-CoV-2 alias CovPSBBid-19. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mengendalikan virus yang disebut berasal dari Wuhan China.

Sejumlah negara Eropa misalnya memberlakukan lockdown total. Segala macam kegiatan masyarakat seperti sekolah, bekerja, dan beragam kegiatan di luar ruangan dibatatasi bahkan disetop. Melanggar, sanksi berat akibatnya.

Di Indonesia juga diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Meski tak seketat di Eropa atau Asia timur, PSBB ini dijalankan pemerintah guna mengurangi penyebarang Covid-19 walau hingga 8 bulan berjalan dan berkali-kali diperpanjang, belum terlihat kapan gelombang pertama virus ini di tanah air berakhir.

Dianggap Sukses Atasi Covid-19 di Indonesia, Menkes Terawan Diundang WHO

Penyebaran virus hingga ke banyak negara di luar China membuat peneliti memberi label bencana akibat virus yang datang dari hewan kelelawar ini sebagai pandemi. Namun baru-baru ini ilmuwan mengatakan bahwa virus Covid-19 bukanlah pandemi, tapi sudah masuk sindemi.

Pemimpin redaksi jurnal ilmiah The Lancet, baru-baru ini mengatakan bahwa Covid-19 yang menyerang jutaan orang di belahan bumi lebih cocok dikatakan sebagai sindemi.

"Semua intervensi kita berfokus pada memotong jalur penularan virus untuk mengendalikan penyebaran patogen," kata  Horton dikutip dari BBC.com.

Sindemi sendiri bukan istiah baru sebenarnya. Kata ini merupakan ciptaan  antropolog medis asal Amerika Serikat, Merill Singer. 

Di medio 1990-an, ia  menjelaskan sebuah  situasi dimana dua penyakit atau lebih berinteraksi sedemikian rupa sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar ketimbang dampak masing-masing penyakit ini.

Dalam konteks Covid-19 saat ini, virus Covid-19 berinteraksi dengan berbagai kondisi yang sudah ada sebelumnya  dalam tubuh manusia yang terinfeksi. Seperti misal  diabetes, kanker, masalah jantung, dan beragam faktor lainnya.

Jika beragam penyakit di atas memperparah kondisi manusia yang terinfeksi Covid-19, dari mana penyakit-penyakit itu berasal? 

Seorang peneliti di Laval University di Kanada, Tiff-Annie Kenny, mengatakan bahwa penyakit seperti diabetes atau obesitas  yang merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Covid-19 dipengaruhi faktor sosial dan lingkungan.

Kenny menyebut orang yang berpenghasilan rendah lebih rentan terkena beragam penyakit dan virus. Populasi ekonomi rendah itu terdampak oleh kerawanan pangan, perubahan iklim, dan pengaturan perumahan yang buruk.

Sehingga dalam situasi Covid-19 yang menyebar dari manusia ke manusia, sulit menerapkan jaga jarak dan kebiasaan mencuci tangan di lingkungan yang padat penduduk seperti yang dialami masyarakat berpenghasilan rendah. 

Semakin buruk dengan pola makan dan istirahat  tidak teratur dimana hal ini membuat beragam penyakit berbahaya lambat laun menjangkiti tubuh orang yang tinggal di kawasan ekonomi rendah.

Banyak ahli yang percaya bahwa untuk memperlambat laju penularan dan dampak dari virus corona baru, sangat penting untuk memperhatikan kondisi sosial yang membuat kelompok tertentu lebih rentan terhadap penyakit tersebut.

Pemberian Vaksin Corona untuk Warga Bogor, Pemkot Siapkan 25 Puskesmas

"Jika kita benar-benar ingin mengakhiri pandemi ini yang efeknya telah menghancurkan masyarakat, kesehatan, ekonomi, atau untuk mengakhiri pandemi penyakit menular di masa depan, pelajarannya adalah kita harus mengatasi kondisi mendasar yang memungkinkan terjadinya sindemi," kata Merrill Singer.

Melihat begitu kompleksnya situasi yang disebut sindemi ini karena lebih dari satu faktor yang mempengaruhinya, maka untuk memutus mata rantai penyebaran virus diperlukan peran pemerintah pusat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan penyedia sumber daya yang memadai.

Sebab, hanya mengandalkan instruksi pakai masker dan jaga jarak saja kepada masyarakat, penyebaran virus ini sulit dihentikan dan pandemi, maksudnya sindemi ini entah kapan akan berakhir.


Reporter: Sarerhea.com

Editor: Talhah L.A


Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form