Banyak Pelajar Ikut Demo Tolak Omnibus Law, Psikolog: Salah Satunya Jenuh di Masa Pandemi

Salah satu pelajar yang mengikuti demo ditanya oleh petugas kepolisian. (dok.Polresta Tangerang Kota) ||


BOGOR-SARERHEA,Ratusan pelajar diamankan saat ikut demo menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law. Diketahui mereka berasal dari berbagai daerah. Setidaknya ada 800 pelajar yang diamankan saat ikut demo. 


Menanggapi hal itu, Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta mengatakan, pada dasarnya pelajar itu ada pada masa remaja sehingga punya energi besar yang perlu penyaluran. Dengan kondisi demikian, maka meraka memerkukan media penyalurah arah yang baik. 


“Pada masa remaja ini, mereka memiliki konformitas yang tinggi pada kelompok karena adanya keinginan untuk diterima dalam kelompok. Sehingga cenderung mengikuti apa yang dilakukan kelompok tanpa mempertimbangkan benar salah atau resikonya. Saat ada pimpinan dalam kelompok teman sebayanya maka remaja cenderung mengikuti mentah mentah,” katanya, Rabu (14/10/2020) dikutip wartabogor.com.


Para pelajar itu akan ikut dengan kelompoknya walaupun mereka tidak tahu apa yang disuarakan. Karena jika tidak ikut maka mereka akan dijauhkan oleh kelompoknya.


“Jika tidak ikut mereka akan merasa ‘terkucilkan’, nggak asik, bahkan mungkin dibully oleh kawan-kawannya. Inilah yang mendorong mereka mengikuti apapun yang dilakukan oleh kelompoknya,” ucapnya.


Ditambah lagi, pada kondisi pandemi ini para pelajar merasa bosan dengan keadaan. Sehingga mereka mencari suasana lain dengan cara yang mereka mau.


“Pada masa pandemi juga ada faktor kejenuhan menghadapi situasi ini juga menjadi pendorong. Energi yang sudah  lama tidak tersalurkan dimanfaatkan pada kegiatan ini,” katanya.


Shinta menuturkan, sebenarnya ini bukan fenomena yang baru. Dulu mungkin mereka terbiasa tersulut dengan tawuran antar remaja atau antar sekolah. Untuk saat ini mereka ‘dimanfaatkan’ untuk kegiatan yang mirip seperti penyaluran energi agresif. 


"‘Memegang’ salah satu yang dianggap mereka pimpinan saja cukup, karena dengan mudah apa yang dilakukannya akan diikuti oleh teman-teman sebayanya,” ungkapnya.


Secara psikologis, remaja itu lebih mudah melakukan sesuatu yang dilakukan bersama teman-temannya tanpa memikirkan lebih jauh konsekuensi dari tindakannya. Keinginan untuk ‘diterima’ dalam kelompok sehingga memiliki kesamaan dalam rangka mencari jati dirinya.


“Sehingga ketika sesama teman sebaya ada yang tergerak, dengan mudah pula bisa mempengaruhi teman yang lain,” tambahnya. (red/tal)

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form